Sabtu, 12 Oktober 2013

PERILAKU KELOMPOK

I.                   PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi.

A.    TEORI-TEORI PEMBENTUKAN KELOMPOK
Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini adalah mencoba menjelaskan tentang adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu. Teori ini disebut propinquity atau teori kedekatan. Arti teori kedekatan ini adalah bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya (spatian and geographical proximity).
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari Georgr Homans. Teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, dan sentiment-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain berhubungan secara langsung, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Semakin banyak aktivitas-aktivitas sesorang dilakukan dengan orang lain (shared), semakin beraneka interaksi-interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya sentiment-sentimen mereka.
2.      Semakin banyak interaksi-interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentiment yang ditularkan (shared) pada orang lain.
3.      Semakin banyak aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak sentiment seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkan aktivitas dan interaksi-interaksi.
Salah satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation), yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain.
Teori lain yang sekarang sedang mendapat perhatian betapa pentingnya di dalam memahami terbentuknya kelompok adalah Teori pertukaran (Exchange Theory). Tori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja.
Teor pertukaran kelompok di dasarkan atas interaksi dan susunan hadiah-biaya-dan hasil. Suatu tingat positif yang minim (yakni hadiahlebih besar daripada biaya) dari suatu hasil harus ada, jikalau diinginkan terdapatnya daya tarik dan afiliatif. Hadiah-hadiah yang berasal dari interaksi-interaksi akan mendorong timbulnya kebutuhan, sementara biaya akan menimbulkan kekhawatiran, frustasi, kesusahan, atau kelemahan. Teori di atas seperti misalnya, propinguity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori pertukaran ini.
Teori lain dari pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan-alasan praktis (practicalities of group formation). Contoh dari teori ini, antara lain karyawan-karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok disebabkan karena alasan ekonomi, keamanan, atau alasan-alasan social. Secara logis, karyawan-karyawan yang mendasarkan pertimbangan ekonomi bisa bekerja dalam suatu proyek karena dibayar untuk itu, atau mereka dapat bersama-sama di dalam serikat buruh karena mempunyai tuntutan yang sama tentang kenaikan upah. Untuk alasan keamanan, bersatunya kedalam suatu kelomppok karena membuat dirinya satu front untuk menghadapi diskriminasi, pemecatan, perlakuan sepihak, dan lain sebagainya. Demikian seterusnya, alasan-alasan praktis ini membuat orang-orang dapat mengelompok dalam satu group.
Menurut Reitz, karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok itu antara lain:
1)      Adanya dua orang atau lebih
2)      Yang berinteraksi satu sama lainya
3)      Yang saling membagi beberapa tujuan yang sama.
4)      Dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

B.     BENTUK-BENTUK KELOMPOK
            Dari perbedaan dan banyaknya bentuk kelompok tersebut, berikut dikemukakan beberapa diantaranya.
1.      Kelompok Primer (Primary Group)
Charles H. Cooley di dalam  bukunya Organisasi-organisasi Sosial (Social Organizations), yang di terbitkan untuk pertamakalinya tahun 1909, dia menulis sebagai berukut:
By primary group I mean those characterized by intimate, face-to face association. They are primary in several sense, but chiefly in that they are fundamental in forming the social nature and ideals of the individual.
(Yang saya maksud dengan kelompok-kelompok primer adalah kelompok yang disifati dengan adanya keakraban, kerjasama dan hubungan tatap muka. Mereka utama dalam beberapa pengertian, tetapi pada pokoknya, mereka merupakan dasar dalam pembentukan sifat social dan cita-cita individu).
Konsep kelompok primer dari cooley ini sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari buah pendapat George Homans. Di dalam bukunya yang berjudul The Human Group (Kelompok manusia), Homans mendefinisikan suatu kelompok sebagai berikut:
A numbe of persons who communicate with one another often over a span of time, and who are few enough so that each person is able to communicate with all the others, not at secondhand, through other people, but face to face.
(Sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya melampaui rentang kendali waktu, sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung bertatap muka dengan lainnya dan tidak melalui perantara).
Suatu kelompok primer haruslah mempunyai satu perasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas, dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya. Dengan demikian, semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah primer. Contoh dari kelompok primer ini adalah keluarga, dan kelompok kolega (peer group).
2.      Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Anggota-anggotanya biasanya diangkat oleh organisasi. Tetapi itu tidak harus sedemikian pada setiap kasus. Sejumlah orang yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu merupakan bentuk dari kelompok formal ini. Dan contoh dari kelompok formal ini antaranya komite atau panitia, unit-unit kerja tertentu seperti bagian, laboratorium riset pengembangan, tim manajer, kelompok tukang pembersih dan sebagainya.
Adapun kelompok Informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan sesorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok informal ini sering timbul berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang sevara tertentu mempunyai nilai-nilai yang sama yang perlu ditularkan (shared) sesama anggota lainya. Kadangkala kelompok informal berkembang atau keluar dari organisasi formal.
Ada tiga pola dari kelompok Informal:
1)      Klik Mendatar (Horizontal Clique)
2)      Klik Menegak (Vertical Clique)
3)      Klik Acak (Random Clique)
Klik mendatar adalah suatu klik yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang yang terbatas pada derajat dan bidang kerja yang sama. Adapun klik yang vertical adalah klik yang terdiri dari orang-orang yang berbeda tingkat hierarkinya di dalam suatu organisasi atau departemen dari organisasi tersebut. Kelompok klik ini seringkali berkembang Karena adanya kebutuhan keamanan atau pencapaian suatu hasil yang perlu dibagi ratakan (shared), atau karena adanya minat bersama untuk mengatasi jarak social antara atasan dan bawahan. Sedangkan klik acak adalah terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai derajat, tingkat, bagian, dan lokasi.
3.      Kelompok Terbuka dan Tertutup
Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara ajeg mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan dan pembaharuan, atau mempunyai kecenderungan tetap menjaga kestabilan. Kelompok terbuka berbeda dengan kelompok tertutup dilihat dari empat dimensi:
a)      Perubahan keanggotaan Kelompok
Suatu kelompok terbuka secara ajeg adalah dapat dengan bebas menerima dan melepas anggota-anggotanya. Kelompok tertutup memelihara kestabilan keanggotaan kelompok, dengan sedikit sekali kemungkinan adanya penambahan dan pelepasan anggota setiap saat. Hubungan status dan kekuasaan biasanya lebih mapan dalam kelompok tertutup. Perbedaan lainya adalah anggota-anggota baru mempunyai kekuasaan yang relative agak lebih luas pada kelompok terbuka dibandingkan pada kelompok tertutup.
b)      Kerangka Referensi
Oleh karena kelompok terbuka mempunyai kemungkinan kebebasan menerima dan melepas anggota, maka pada giliran menerima anggota baru, anggota ini membawa suatu perspektif baru bagi kelompok. Anggota baru mempunyai banyak ide-ide baru dan masih segar untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan kelompok dan memecahkan persoalan-persoalannya. Dengan tidak segan-segannya anggota baru memberikan tantangan perspektif bagi kelompok. Perluasan kerangka referensi dalam kelompok terbuka ini dapat menambah kreativitas. Sedangkan dalam kelompok tertutup oleh karena kestabilan keanggotaan yang diutamakan maka kerangka referensinya sempit. Anggota-anggotanya terutama yang baru kurang terangsang untuk membawa ide-ide baru yang segar yang menuju kearah pembaharuan dan perubahan.
c)      Perspektif Waktu
Kelompok terbuka dalam perspektif ini lebih berfikir untuk masa sekarang dan masa depan yang dekat (near future). Hal ini disebabkan karena kelompok ini tidak stabil keanggotaannya dan kecenderungannya secara ajeg menerima perubahan dan pembaharuan. Adapun kelompok tertutup sebaliknya, mampu memelihara horizon waktu dalam perspektif yang berjangka panjang. Banyak dari anggota kelompok ini menimbang sejarah masa lalu, dan mengharapkan bisa melanjutkan untuk masa-masa yang panjang dengan suatu perencanaan jangka panjang.
d)     Keseimbangan
Keseimbangan adalah adanya suatu system yang menjaga kestabilan setelah mepunyai keadaan yang memporak-porandakan. Keadaan tidak seimbang, keadaan tidak selaras, dan adanya keporak-porandaan jelas akan merugikan pelaksanaan kerja dari suatu kelompok (detrimental to the group performance). Oleh karena itu, kelompok terbuka lebih mengarah kurang adanya keseimbangan dibandingkan dengan keompok yang stabil yakni kelompok tertutup. Kelompok terbuka, mempunyai mobilisasi yang tinggi terhadap penerimaan anggota baru yang membawa ide-ide baru, sehingga suatu sitem yang belum lama berjalan ada kmu gkinan berubah dengan cepat. Ini pertanda adanya ketidak seimbangan. Lain halnya dengan kelompok tertutup yang menjaga adanya kestabilan yang mengutamakan adanya keseimbangan dibandingkan kegoncangan.


4.      Kelompok Referensi
            Suatu kecenderungan yang positif dari perilaku manusia ini adalah adanya usaha untuk mencari umpan balik (feedback) tentang dirinyasehingga manusia berkeinginan untuk menilai dirinya, apakah di dalam menjalankan tugas pekerjaan berhasil atau tidak.
Kelompok referensi ini ialah kelompok diamana seseorang melakukan referensi atasnya. Orang ini mempergunakan kelompok tersebut sebagai suatu ukuran (standard) untuk evaluasi dirinya dan atau sebagai sumber dari nilai dan sikap pribasinya. Kelompok ini dapat dikatakan memberikan dua fungsi bagi seseorang untuk evaluasi diri. Dua fungsi itu antara lain:
a)      Fungsi Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Slam fungsi ini seseorang menilai dirinya dengan cara membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Dari hasil perbandingan ini ia menilai dirinya apakah bekerja dengan bbaik atau tidak, apakah perilakunya sesuai dengan pendapat umum atau aneh, apakah sikapnya benara atau salah, dan lain sebagainya.
b)      Fungsi Pengesahan Sosial (Social Validation)
Dalam fungsi ini seseorang mempergunakan kelompok sebagai ukuran untuk menilai sikap, kepercayaan dan nilai-nilainya. Dalam hal ini diri seseorang dinilai dibandingkan dengan kelompok sebagai referensinya.
Blair Kolasa membedakannya dengan keanggotaan kelompok. Dia menyatakan bahwa keanggotaan kelompok itu adalah mereka yang secara individu menjadi anggota kelompok dari itu, sedangkan kelompok referensi adalah seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan atau menginginkan sebagai bagian dari kelompok tersebut. (membership groups are those to which the individual actually belongs, while a reference group is one with which he identifies or to which he would like to belong). Dengan demikian dalam kelompok referensi ini, seseorang belum tentu menjadi anggota kelompok, tetapi ia tertarik atau menjadi simpatisan pada kelompok tersebut. 

C.    DASAR-DASAR DAYA TARIK ANTAR ORANG (INTERPERSONAL ATTRACTION)
Dasar yang paling amat paling penting dari daya tarik antar individu dan pembentukan kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain.
Kesempatan berinteraksi dan yang dihubungkan dengan faktor lingkungan ini dapat dibedakan atas:
a)      Hal-hal yang berhubungan dengan Jarak Fisik (Phisycal Distance)
Orang yang bertempat tinggal atau bekerja berdekatan satu sama lain mempunyai kesempatan yang besar untuk berinteraksi. Dengan demikian kemungkinannya untuk membentuk suatu kelompok lebih besar dibandingkan dengan mereka yang bertempat tinggal atau bekerja berjauhan.
b)      Jarak Psikologis dan Arsitektur (Architecture and Psychological Distance)
Hal lain lagi yang tidak kalah pentingnya ialah jarak yang disebabkan pengaturan letak susunan kerja karena hasil arsitektur. Beberapa faktor yang disebabkan dari arsitektur ini akan menciptakan baik fisik maupun psikologis halangan-halangan diantara individu-individu yang dekat untuk berinteraksi.
-          Status, Status merupakan salah satu faktor yang menentukan pula dalam daya tarik antar individu. Siapa berinteraksi dengan siapa, seringkali status merupakan faktor penentu. Ada dua tendensi di bidang status ini, yakni seseorang tertarik kepada orang lain karena adanya kesamaan status, dan seseorang itu lebih suka berintegrasi dengan orang lain yang mempunyai status lebih tinggi.
-          Kesamaan Latar Belakang, Latar belakang yang sama merupakan salah satu faktor penentu dari proses daya tarik individu untuk berinteraksi satu sama lain. Kesamaan latar belakang, seperti usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, ras, kebangsaan, dan status sosio-ekonomis seseorang akan memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berinteraksi satu sama lain.
-          Kesamaan Sikap, Orang-oarang yang mempunyai kesamaan latar belakang nampaknya mempunyai kesamaan pengalaman, dan orang yang mempunyai kesamaan pengalaman ini lebih memudahkan untuk berinteraksi dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kesamaan pengalaman. Kesamaan yang didasarkan dari pengalaman yang melatarbelakangi itu membawa orang-orang ke arah kessamaan sikap.

D.    MODEL DAYA TARIK ANTAR ORANG
Model adalah perwakilan atau percontohan atas beberapa aspek dari dunia kenyataan. Model dalam kaitannya dengan daya tarik antar orang ini akan menggambarkan seseorang individu yang tertarik mengadakan hubungan kerja dengan  orang lain atau dengan kelompok atau organisasi sebagai suatu fungsi dari penghargaan yang diperileh dengan pengorbanan yang di berikan dalam kaitannya dengan jalinan hubungan kerja tersebut.
Adapun biaya (cost) atau pengorbanan adalah setiap faktor yang dipergunakan untuk menghalangi atau mencegah seseorang dari interaksi dalam tata hubungan dengan orang lain. Termasuk ke dalam biaya adalah semua usaha fisik atau mental, kesusahan, kekhawatiran, konflik, dan juga semua biaya yang berupa uang. Jarak yang ada antara seseorang dengan kelompok yang akan dihubungi termasul suatu contoh dari keteerlibatan biaya yang berupa fisik, mental, dan juga uang.
Ada tiga variable untuk menentukan daya tarik seseorang di dalam hubungan kerja, yakni:
a)      Hasil
b)      Tingkat Perbandingan
c)      Alternatif
Tingkat perbandingan adalah ukuran baku yang dipergunakan oleh seseorang untuk menilai kepuasannya dengan hubungan kerja. Hal ini merupakan posisi hadiah-biaya yang minimum yang ia inginkan dari proses hubungan kerja.
Alternatif adalah suatu hasil yang diharapkan akan diterima dari pilihan yang paling baik dalam proses hubungan kerja.
Model yang mempergunakan hasil, tingkat perbandingan , dan alternative ini, dapat dipergunakan untuk meramalkan daya tarik seseorang kepada orang lain, dan kemerdekaannya ada di dalam menjalin hubungan kerja.
Hasil dari tingkat perbandingan, menunjukan kepuasan seseorang di dalam hubungan kerja. Jika hasil melebihi tingkat perbandingan, maka seseorang mendapatkan kepuasan. Dan jika hasil dibawah tingkat perbandingannya, maka seseorang akan mendapat ketidak puasan di dalam hubungan kerja.
Hasil dan alternative menentukan ketergantungan seseorang di dalam hubungan kerja. Jika hasil lebih besar melebihi alternative, orang tersebut akan sangat tergantung pada hubungan kerja. Dan jika alternatif melebihi hasil, maka orang tersebut tidak tergantung pada hubungan kerja dalam mendapatkan hasil yang menguntungkan.

E.     PANITIA DALAM ORGANIASASI
1.      Sifat dan Fungsi panitia
Panitia adalah suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi kolektif. Lain definisi yang searti ialah panitia adalah suatu kelompok dimana semua persoalan dipecahkan bersama sebagai suatu kelompok.
Panitia terdiri dari sekelompok orang yang dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kelompok semacam ini dapat saja dilakukan baik dalam hal suatu perbuatan yang formal ataupun tidak formal.
2.      Segi Positif dari Panitia
Kerja dalam panitia merupakan suatu keuntungan bagi tindakan individu-individu. Karena di dalam panitia itu ditawarkan suatu hal yang berguna, yakni adanya usaha bersama dan pertimbangan-pertimbangan yang menyatu diantara orang-orang yang bekerja didalamnya. Panitia merupakan suatu betuk kerjasama dalam suatu organisasi yang dapat memberi andil besar dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Segi positif lainnya dari panitia, ialah bahwa panitia bisa di pergunakan sebagai sarana untuk mengurangi konflik dan meningkatkan koordinasi diantara bagian-bagian dalam suatu organisasi. Selanjutnya panitia dapat memelihara tata hubungan mendatar (horizontal) diantaranya beberapa satuan organisasi atau departemen yang sama tingkatnya.
Nilai positif panitia dilihat dari pandangan kemanusiaan, dapat dijelaskan, bahwa panitia mempunyai keuntungan yang besar sekali terutama untuk meningkatkan motivasi dan keterikatan  yang dipancarkan dari pertisipasi.
3.      Segi Negatif dari Panitia
Hakikat kerja panitia adalah bahwa seseorang mempunyai hak yang sama untuk berbicara atau mengemukakan pendapatnya. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang suka berbicara untuk menghabiskan waktu demi kepentingannya, dan akibatnya biaya yang dikelurkan tidak mengenai sasaran.
Segi negative lain dari panitia adalah dibaginya pertanggung jawaban. Sehingga dengan adanya penitia tersebut, maka yang ada ialah panitianya yang terdiri dari sekumpulan orang-orang, tetapi tidak ada suatu pertanggungan jawab perorangan. Sehingga dengan demikian jika terdapat keputusan yang dibuat salah atau jelek dan tidak bermutu, maka jarang orang-orang tersebut mau mempertanggungjawabkan. Degan kata lain seseorang mencari perlindungan pada panitia terhadap keputusan yang tidak bermutu dan salah.

F.     BEBERAPA TEORI ORGANISASI
Max Weber membedakan suatu kelompok kerja sama dengan, dengan organisasi kemasyarakatan. Menurut dia, kelompok kerja sama adalah suatu tata hubungan social yang dihubungkan dan dibatasi oleh aturan-aturan. Aturan-aturan ini sejauh mungkin dapat memaksa seseorang untuk melakukan kerja sebagai suatu fungsinya yang ajek, baik dilakukan oleh pimpinan maupun oleh pegawai-pegawai administrasi lainnya.
Aspek dari pengertian yang dikemukakan oleh Weber ini ialah bahwa suatu organisasi atau kelompok kerjasama ini mempunyai untur kekayaan sebagai berikut
Ø  Organisasi merupakan tata hubungan social, dalam hal ini seseorang individu melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi tersebut.
Ø  Organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu (boundaries), dengan demikian seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.
Ø  Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan satu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi di antara orang-orang yang bekerja dama didalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.
Ø  Organisasi merupaka suatu kerangka hubungan yang berstruktur di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Istilah lain dari unsure ini ialah terdapatnya hierarki (hierarchy). Konsekuensi dari adanya hirarki ini bahwa di dalam organisasi ada pimpinan atau kepala dan bawahan atau staf.
Sifat kerjasama dalam organisasi lebih bercorak kerja sama, assosiatif, bukanya kerjsama yang komunal atau kerja bersama-sama seperti keluarga.
Chester Bernard menyatakan bahwa organisasi itu adalah suatu system kegiatan-kegiatan yang terkoordinir secara sadar, atau suatu kekuatan dari dua manuasia atau lebih. Dengan demikian Bernard menyumbangkan pendapatnya mengenai unsure kekayaan dari suatu organisasi, antara lain:
Ø  Organisasi terdiri dari serangkaian kegiatan yang dicapai lewat suatu proses kesadaran, kesengajaan, dan koordinasi yang bersasaran
Ø  Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang untuk melaksanakan kegiatan yang bersasaran tersebut.
Ø  Organisasi memerlukan adanya komunikasi, yakni suatu hasrat dari sebagian anggotanya untuk mengambil bagian pencapaian tujuan bersama anggota lainnya. Dalam hal ini Bernard menekankan menekankan peranan seseorang dalam organisasi, di antaranya ada sebagian anggota yang harus diberi informasi atau dimotivasi, dan sebagian lainya yang harus membuat keputusan.
Theodore Caplow mengatakan bahwa pola-pola intuisi yang ada memungkinkan suatu system atau aturan-aturan kantor untuk lebih kurang menjadi tetap dan mantap dinamakan organisasi. Pola semacam ini dapat dikenali dengan suatu harga kekayaan sebagai berikut:
Ø  Mempunyai Identitas
Ø  Mempunyai Kelangsungan
Ø  Mempunyai Jadwal Kerja
Ø  Mempunyai Otoritas
Emitai Etrizomi mengemukakan konsepsi organisasi sebagai pengelompokan orang-orang yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok semacam ini mempunyai karakteristik antara lain:
Ø  Mempunyai pembagian kerja, kekuasaan, dan pertanggung jawaban yang di komunikasikan. Pembagian ini tidaklah dilakukan secara acak (random) melainkan sengaja direncanakan untuk meningkatkan usaha mencapai tujuan tertentu.
Ø  Adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan usaha-usaha organisasi yang telah di rencanakan dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan. Pusat kekuasaan ini juga harus dapat dipergunakan untuk menilai kembali secara ajek pelaksanaan organisasi, dan menyemputnakan struktur yang dianggap perlu untuk meningkatkan efisiensi.
Ø  Adanya usaha pergantian kepegawaian, misalnya seseorang yang cara kerjanya tidak memuaskan dapat dipindah dan diganti oleh orang lain. Dalam organisasi ini juga dapat dilakukan uasaha memadukan kembali kegiatan kepegawaian dengan cara memindahkan atau promosi.
Richard Scott mengemukakan bahwa organisasi itu diciptakan sebagai suatu kolektivitas yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan khusus tertentu yang sedikit banyak didasarkan pada asas kelangsungan. Menurut Scott, adalah akan lebih jelas persoalnya bahwa organisasi itu bagaimanapunadanya, mempunyai gambaran prospek yang jelas, berbeda dari sekedar kekhususan tujuan atau kelangsungan aktivitas. Perbedaan gambaran itu meliputi hal-hal berikut ini:
Ø  Adanya batas-batas yang jelas
Ø  Adanya aturan-aturan yang normative
Ø  Adanya jenjang otoritas
Ø  Adanya suatu system komunikasi
Ø  Adanya suatu system insentif yang mampu mendorong berbagai tipe partisipasi dalam usaha bekerja sama untuk mecapai tujuan tertentu.
Blake dan Mouton dengan mengenalkan adanya tujuh kekayaan (seven properties) yang melekat pada organisasi mencoba menjelaskan pengertian organisasi. Ketujuh kekayaan tersebut antara lain:
Ø  Organisasi senantiasa mempunyai tujuan
Ø  Organisasi mempunyai kerangka (Structure)
Ø  Organisasi mempunyai cara yang memberikan kecakapan bagi anggotanya untuk melaksanakan kerja mencapai tujuan tersebut (know-how).
Ø  Organisasi, di dalamnya terdapat proses interaksi hubungan kerja antara orang-orang yang bekerja sama mencapai tujuan tersebut
Ø  Organisasi mempunyai pola kebudayaan sebagai dasar cara hidupnya.
Ø  Organisasi mempunyai hasil-hasil yang ingin di capainya.
Organisasi dapat dirumuskan sebagai kolektivitas orang-orang yang bekerja sama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Kolektivitas tersebut berstruktur, berbatas dan beridentitas yang dapat dibedakan dengan kolektivitas-kolektivitas lainnya.
1.      Sistem Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (Open System)
Paradigma organisasi dapat dikelompokan atas dua kelompok yang berbeda satu sama lain. Kelompok yang satu menggambarkan organiasasi sebagai suatu mesin yang bekerja dengan suatu keteraturan dan keajekan tertentu, yang menekankan adanya suatu tingkat produktivitas tertentu, dengan mencapai suatu taraf efisiensi tertentu dan yang dikendalikan oleh suatu legitimasi otoritas pimpinan.
Kelompok pemahaman organisasi seperti ini dinamakan kelompok klasik. Metafora yang digunakan adalah organisasi sebagai suatu system mesin. Perwujudan yang Nampak dari konsepsi klasik ini, organisasi disusun berdasarkan prinsip-prinsip struktur piramida, kesatuan komando, jenjang pengawasan, spesialisasi berdasarkan fungsi, pembedaan kerja lini staf.
Teori tradisional menurut March dan Simon berpusat pada penjelasan organisasi sebagai model mesin (machine model). Oleh karena itu Bennis menyarankan bahwa pusat perhatian teori klasik adalah pada organisasi tanpa orang (organization without people).
Kelompok laindari paradigma organisasi ialah melihat organisasi sebagai suatu organism, yakni sebagai suatu system yang hidup dengan penekanannya pada unsure-unsur manusia sebagai pendukung utamanya. Hal yang dianggap penting dalam konsepsi paradigma organism ini ialah manusianya, yang mempunyai keseimbangan dengan faktor lingkungan (Psychosocial system). Pandangan baku dari konsepsi ini ialah menganalisis organisasi dalam situasi yang senyatanya (realword), dan tidak memandang model normative sebagai satu-satunya hampiran bagi analisis organisasi. Oleh karena itu, pendekatan dari paradigma organism ini mempergunakan pendekatan system terbuka (open system). Kalau di dalam konsepsi tradisiona atau klasik mereka banyak mempertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan struktur dan variable-variable yang bertalian dengan serperti misalnya: hierarki, wewenang, tanggung jawab, kesatuan komando, jenjang pengawasan, dan sejenisnya. Maka dalam konsepsi system terbuka, mereka lebih menitik beratkan pada faktor manusianya dan cara manusia tersebut berprilaku dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang senyatanya. Adapun perilaku orang-orang tersebut banyak ditentukan oleh faktor lingkungan di samping dari faktor dirinya sendiri. Itulah sebabnya konsepsi ini memperhitungkan variabel-variabel lingkungan sebagai hal yang sangat menentukan.
Karakteristik dari system tertutup adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk bergerak mencapai suatu keseimbangan dan entropi (equilibrium and entropy) yang statis. Sifat ini menunjukan adanya kebekuan atau tepatnya keseimbangan yang beku (a static equilibrium).
System terbuka mempunyai interaksi hubungan yang berkelangsungan (continual interaction) dengan lingkungannya dan mencapai suatu tingkat dinamika tertentu atau keseimbangan yang dinamis sementara itu system ini masih mempunyai kemampuan yang berlanjut untuk melangsungkan kerja dan melakukan transformasi ke pihak lain. System ini mempunyai proses putaran yang continue yang menyebabkan daya hidupnya bekelangsungan. Dan organisasi dipandang sebagai hal yang dinamis dan senantiasa berubah, bukan sebagai mesin yang gerak operasinya ajek, rutin dan statis.
2.      Konsep Perspektif
Bentuk lain dari pembagian atau pengelompokan teori-teori organisasi adalah konsepsi perspektif yang ditemukan oleh Edgar Huse dan James Bowditch. Mereka menggolongkan perspektifnya atas 3 golongan, yakni:
ü  Perspektif I
Aliran-aliran dlam perspektif ini hanya memikirkan isu-isu tentang bagaimana organisasi seharusnya disusun, fungsi-fungsi yang seharusnya dijalankan, siapa-siapa yang seharusnya menjadi pimpinan dan bawahan, dan gaya kepemimpinan apa yang seharusnya dijalankan.
Ada tiga komponen yang mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda satu sama lain yang merupakan isi dari perspektif ini. Tiga komponen itu antara lain:
1.      Aliran Prinsip-prinsip Unuversal dan manajemen atau organisasi,
2.      Aliran Struktural, dan
3.      Aliran Manajemen Ilmiah
Aliran Prinsip Universal, berpijak pada pendapat Henri Fayol yang menyatakan bahwa suatu organisasi itu diatur berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-          Adanya pembagian kerja
-          Adanya otoritas dan tanggung jawab
-          Adanya disiplin
-          Adanya kesatuan komando
-          Adanya kesatuan pengarahan
-          Adanya system penggajian
-          Adanya sentralisasi
-          Adanya jenjang pengawasan
-          Dan lain sebagainya
Aliran Struktural, berdasarkan pendapat Max Weber, organisasi sebagai suatu tatanan birokrasi yang berstruktur yang melangsungkan kegiatanya sesuai dengan aturan-aturan.
Aliran Manajemen Ilmiah, menurut Freserick W. Taylor yang memberikan banyak penekanan pada pengukuran kerja yang dilakukan oleh para pekerja, dibandingkan dari prinsip-prinsip organisasinya sendiri. Lebih tepatnya organisasi dianggap sebagai mesin yang harus berputar untuk menghasilkan produksi yang efektif dan efisien. Perasaan orang-orang, kepribadianya, dan kelompok-kelompok dalam organisasi itu menurut aliran ini tidak penting.
ü  Persepkif II
Huse dan Browditch menamakan perspektif ini dengan aliran pekerjaan (work-flow). Teori organisasi dan manajemen dalam kelompok perspektif ini secara pokok memikirkan bagaimana sesuatu informasi dapat disampaikan dengan melalui sarana-sarana tertentu.
Operasi semacam ini mempergunakan teknik-teknik yang kemudian dikenal sebagai riset operasional. Adapun cirri-ciri dari riset operasional ini antara lain:
-          Melakukan formulasi persoalan
-          Menysun konstruksi model mateatis untuk menampilkan suatu system yang sedang dipelajari.
-          Menarik suatu kesimpulan dari modelyang disusun tersebut.
-          Menguji model dan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari model tersebut.
-          Menetapkan control atas kesimpulan-kesimpulan yang diambil
-          Mengambil kesimpulan itu untuk dilaksanakan-implementasi.
ü  Perspektif III
Perspektif ini dinamakan perspektif kemanusiaan (the human perspective). Pandangan pemikiran dalam perspektif ini ialah menekankan bahwa unsure manusia dalam setiap kerja kelompok dirasakan lebih penting daripada sekedar struktur dan hierarki yang membentang pada setiap jajaran organisasi.
Ada tiga komponen yang menonjol sebagai komponen dari perspektif kemanusiaan ini. Ketiga komponen itu antara lain:
1.      Aliran Hubungan Kemanusiaan (Human Relations School),
2.      Aliran Pengembangan Organisasi (Organizational Development School), dan
3.      Aliran Pemikiran Multidemensi (The Multidimensional Theorists)
Aliran Hubungan Kemanusiaan ini timbul, akibat karena unsure manusia segai salah satu produksi kurang diperhatikan.
Aliran pengembangan Organisasi ini awak mulanya sulit diketahui secara pasti, karea aliran ini sebagai perkembangan lebih lanjut dari aliran hubungan kemanusiaan. Pada tahun 1946 Kurt Lewin dan kelompok kerjanya mulai mengembangkan suatu kerangka tindakan dalam hubungannya dengan ilmu social dan psikologi Lewin mengembangkan suatu program yang dikenal dengan latihan kepekaan (sensitivity training), kelompok-T (T-group).
Aliran Pemikir-pemikir Multidimensi, sebenarnya tidak jauh beranjak dari aliran kemanusiaan. Pemikir ini melihat organisasi dari pelbagai dimensi, mulai dari motivasi yang dikembangkan oleh Hezberg, Maslow, Vroom dan lain-lainnya, sampai kepemimpinan yang dipelopori oleh Blake, Mouton, fiedler, Lawrence, Larch, Hersey dan Blanchard.
Hezberg yang merumuskan teori motivasinya dilihat dari dua dimensi, yakni manakala kondisi-kondisi kerja dan pengawasan itu menyenangkan dan baik, maka tidak dijumpai perasaan tidak puas dan puas. Atau sama halnya dengan jika beberapa aspek ini dari pekerjaan seperti rasa pertanggungjawaban dari sifat pekerjaan itu menyenangkan, maka akan terdapat kepuasan kerja.
Multidimensi lain di kenakan oleh Robert Blake dengan gaya kepemimpinan yang melihat dari dua dimensi produksi dan orang-orang. Ada kepemimpinan yang hanya memikirkan dimensi produksi saja, ada yang memikirkan dimensi orang-orang yang dipimpin, adapula yang dua-duanya.
Fiedler melihat kepemimpinan dari tiga dimensi, yakni dimensi kekuasaan, dimensi hubungan atasan-bawahan, dan dimensi tugas pekerjaan.
Akhirnya Lawrence dan Larch, begitu juga Harsey dan Blanchard melihat kepemimpinan dari beberapa dimensi yang antara lain dengan memperhitungkan dimensi lingkungan dan situasi.
Dengan demikian pemikir-pemikir dari aliran ini ialah mencoba melihat organisasi dari beberapa dimensi. Oleh sebab itu, aliran ini dinamakan aliran pemikir-pemikir multidimensi.
  
II.                PERILAKU KELOMPOK
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Dan organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, system penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya. Jika karakteristik antara kelompok digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan terwujud perilaku kelompok dalam organisasi. jadi perilaku kelompok dalam organisasi adalah suatu fungsi dari interaksi antara sebuah kelompok dengan lingkungannya.
A.    Pengertian dan Jenis Kelompok
1.      Pengertian Kelompok
a)      Menurut Robbins dan Coulter (2004)
Kelompok adalah gabungan / kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu.
b)      Menurut Gibson dan kawan – kawan (1996)
Kelompuk adalah kumpulan individu dimana prilaku dan kinerja suatu anggota dipengaruhi oleh prilaku dan / atau prestasi anggota lainnya.
c)      Menurut Shaw (dalam Nimran, 1999)
Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga prilaku dan atau kinerja dari seorang dipengaruhi oleh prilaku / kinerja anggota yang lain.

2.      Jenis – jenis kelompok
Duncam yang dikutip oleh Adam I. Indrawijaya (1999) membedakan jenis – jenis kelompok adalah sebagai berikut :
1)      Kelompok formal, kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan resmi, seperti struktur organisasi dan penugasan organisasi.
Maka dari sini ada :
-          Kelompok komando, Manajer dengan bawahannya.
-          Kelompok tugas, mereka bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas pekerjaan.
-          Kelompok informal, kelompok yang tidak terstruktur dan ditetapkan secara organisasi yang muncul sebagai respon terhadap kebutuhan akan kontak sosial.
Maka akan ada :
-          Kelompok minat / kepentingan, mereka bekerjasama untuk mencapai suatu sasaran khusus yang menjadi kepedulian dari tiap orang di antara mereka.
-          Kelompok persahabatan, bergabung karena satu karakteristik / lebih.
2)      Kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan.
-          Kelompok berdasarkaan keanggotaan, merupakan kelompok yang lahir atas dasar ketentuan formal atau karena seseorang telah memenuhi ketentuan formal.
-          Kelompok berdasarkan kesukaan, adalah kelompok dimana perasaan para anggotanya begtu terikat kepada ketentuan dan kepentingan kelompok.
3)      Kelompok berdasarkan jumlah / besarnya anggota.
-          Kelompok dua orang (diad)
-          Kelompok tiga orang (triad)
-          Kelompok yang terdiri atas lebih dari tiga orang.

B.     Bentuk – bentuk Kelompok
1)      Bentuk primer (primer),
2)      Bentuk formal dan informal,
3)      Bentuk terbuka dan tertutup, dan
4)      Bentuk riferensi.

C.    Tahap – Tahap Pertumbuhan Kelompok
1)      Menurut B.W Tuckman dan M.A.C Jensen dalam Robbins dan Coulter (2004) dengan model 5 tahap.
a.       Pembentukan (forming)
b.      Badai (storming)
c.       Penormaan (norming)
d.      Pelaksanaan (performing)
e.       Pembubaran (adjaourning)
2)      Menurut Gibson dan kawan – kawan (1996), dengan model empat tahapan.
a.       Penerimaan bersama
b.      Komunikasi dan pengambilan keputusan
c.       Motovasi dan produktivitas
d.      Pengendalian dan organisasi
3)      Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), dengan model empat tahap.
a.       Tahap orientasi
b.      Tahap konfrontasi
c.       Tahap deferensiasi
d.      Tahap kolaborasi

D.    Alasan Membentuk Kelompok
Menurut Gibson (1996), karena hal – hal berikut :
1)      Kebutuhan keamanan
2)      Kebutuhan social
3)      Kebutuhan harga diri
4)      Kebutuhan dan daya tarik
5)      Tujuan kelompok
6)      Ekonomik
Menurut Ribbson (2001), karena :
1)      Keamanan
2)      Status
3)      Penghargaan diri
4)      Pertalian
5)      Kekuasaan
6)      Pencapaian tujuan
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut :
1)      Keamanan
2)      Afiliasi
3)      Kekuasaan
4)      Status

E.     Faktor Eksternal yang Menentukan Prestasi Kelompok
Menurut Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), adalah sebagai berikut :
1)      Strategi organisasi – visi, misi, tujuan organisasi akan mempengaruhi prilaku kelompok yang ada.
2)      Struktur otoritas/wewenang menyangkut penempatan suatu kelompok dalam hirarki organisasi.
3)      Peraturan formal, yang membakukan prilaku karyawan.
4)      Sumber daya organisasi.
5)      Proses seleksi SDM.
6)      Penilaian prestasi dan sistem imbalan.
7)      Budaya organisasi.
8)      Lingkungan fisik tempat kerja.

F.     Sumber Daya Internal Anggota Kelompok
Selain faktor-faktor eksternal diatas, prilaku dan prestasi kelompok juga ditentukan oleh faktor internal anggota kelompok itu sendiri seperti :
1)      Kemampuan (baik itu kemampuan fisik, dan kemampuan intelektual).
2)      Karakteristik kepribadian seperti kemahiran bergaul, kemandirian, kebebasan atau sebaliknya, yang akan mempengaruhi individu dan kelompok dalam berinteraksi dan memiliki efek terhadap prestasi kelompok.

G.    Struktur Kelompok
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan nyoman Sudita (1997) setruktur kelompok meliputi :
1)      Kepemimpinan formal,
2)      Peran,
3)      Norma-norma,
4)      Status kelompok,dan
5)      Komposisi kelompok.

H.    Tugas Kelompok
Secara umum tugas kelompok bisa dibagi dua yaitu :
1)      Komplek. Semakin komplek suatu tugas membutuhkan lebih banyak anggota untuk mendiskusikan alternatif metode kerja dan yang lainnya.
2)      Sederhana. Biasanya tugasnya bersifat rutin dan sederhana, yang tak perlu banyak berdiskusi sehingga anggotannya relatif kecil.

I.       Kohesivitas/Kepaduan dalam Kelompok
1)      Kohevitas dalam kelompok
-          Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), Kohevitas/kepaduan adalah kekuatan suatu kelompok yang bisa diwujudkan dalam bentuk keramahan, kekompakan, antusias dalam mengemukakan saran atau pendapat, mau berkorban atau tanggungjawab atas apa yang dikerjakan.
-          Menurut Robbins dan Coulter (2004), kohevitas/kepanduan adalah tingkat sejauh mana anggota-anggota tertarik satu dengan yang lain dan berbagai tujuan dalam kelompok tersebut.
2)      Faktor-faktor yang dapat mendorong kepaduan
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut :
a.       Kesamaan nilai dan tujuan,
b.      Keberhasilan dalam mencapai tujuan,
c.       Status kelompok,
d.      Penyelesaian perbedaan,
e.       Kecocokan terhadap norma,
f.       Daya tarik pribadi,
g.      Persaingan antar kelompok, dan
h.      Pengakuan dan penghargaan.
3)      Faktor-faktor yang dapat menurunkan kepaduan
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut :
a.       Ketidak samaan tujuan,
b.      Besarnya anggota,
c.       Pengalaman yang tidak menyenangkan, persaingan di dalam, dan
d.      Dominan.
  
J.      Efek Kepaduan/Kohesivitas pada Produktivitas Kelompok
Anggota kelompok yang tingkat kepaduannya tinggi biasanya akan meningkatkan produktivitas, karena mereka menikmati kepuasan kerja, sehingga menurunkan tingkat absensi, mampu mengurangi tingkat perpindahan karyawan.
Kelompok yang padu akan mempersiapkan dirinya sebagai bagian dari kelompok, dan bahagia berada di dalamnya, dan bangga terhadap kelompoknya.

K.    Implikasi Manajerial
Bagi pengelola organisasi terutama yang berada dalam tataran pimpinan harus memahami prilaku individu dan dinamika kelompok. Tiap kelompok biasanya memiliki prilaku yang unik dengan memahami dinamika kelompok akan dapat memahami pula proses interaksi dalam kelompok itu sendiri. Kinerja organisasi akan dapat diwujudkan bila didukung oleh kelompok-kelompok yang padu dan efektif.

Daftar Pustaka
-          Thoha, Miftah, 2012, “Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Jakarta, Rajawali Pers.
-          Ardana, Komang ; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung, , 2009 “Prilaku Organisasi”, Yogyakarta, Graha Ilmu.
-          Judge, Timothy A dan Stephen P.Robbins, 2006, “Perilaku Organisasi”, Indonesia, PT.Indeks.
-          Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2008, “Perilaku Organisasi”, Jakarta, Salemba Empat.

 Aries R Pv

Tidak ada komentar:

Posting Komentar