Kata Komunikasi atau Communication
dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin Communis yang berati “sama,’ Communicatio,atau Communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah Communis paling sering disebut sebagai
asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang
mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan
bahwa komunikasi merujuk pada sara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam
kalimat “kita berbagi fikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “kita
mengirimkan pesan.”
Kata lain yang mirip dengan
komunikasi adalah komunitas (Community)
yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok
orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan
mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak aka nada komunitas.
Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi
berperan dan menjelaskan kebersamaan itu, oleh karena itu, komunitas juga
berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa,
dan masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap,
perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.
KOMUNIKASI
HEWAN
Hewan mungkin saja berkomunikasi
dengan sesamanya, namun prosesnya dan
mekanismenya berbeda dengan komunikasi manusia. Bahkan ad adugaan bahwa hewan
lebih mampu mendeteksi fenomena alam daripada manusia, kemampuan ini lazim
disebut indra keenam.
Kecuali kemampuan berbasa yang
unik, manusia berbagi sejumlah tanda dengan hewan: banyak refleks sederhana,
beberapa bentuk ritual dan beberapa artefak atau invensi yang kompleks. Denga
tanda-tanda nonlinguistic demikian, manusia dapat menunjukan keadaan, atau
menberitahu atau mengan cam, seperti juga hewan. Namun lewat bahasa, manusia
dapat lebih jeuh mengungkapkan dirinya, atau memberi alasan, berargumen, atau
menyatakan perasaannya.
Komunikasi hewan sangat sederhana,
ditandai dengan tindakan-tindakan bersifat refleks. Mereka tidak dapat
menafsirkan perilaku hewan lain, karena mereka tidak memiliki dan tidak berbagi
isyarat simbolik, apalagi memodifikasi perilaku mereka untuk menyesuaikan diri
dengan perilaku hewan lain.
Menurut DeFleur, tindakan
komunikatif di antara hewan yang diperoleh lewat belajar ini dilandasi
penggunaan tanda alamiah. Esensi suatu tanda alamiah adalah stimulus baru yang
mendahului stimulus yang lain (yang mampu membangkitkan respons) sedemikian
rupa sehingga setelah serangkaian pertukaran stimulus itu terjadi, stimulus
baru mampu membangkitkan respons, dengan mengabaikan stimulus semula, sehingga
membentuk kebiasaan baru pada individu. Koordinasi kegiatan dapat berlangsung
bila respons yang dibuat hewan itu terhadap tanda tertentu dikoordinasikan
secara timbale balik.
Beberepa hewan berkoniasi terutama
lewat suara mereka, hewan lainya terutama lewat perilaku mereka, berupa
isyarat-syarat sederhana, atau kombinasi keduanya.
Naluri hewan berbanding terbalik
dengan intelegensinya. Semakin tinggi intelegensinya, semakin rendah nalurinya.
Namun hanya manusia, hewan yang tingkatannya tertinggi, yang mampu menggunakan
kombinasi berbagai suara (bahasa) yang begitu rumit untuk berkomunikasi. Penggunaan
bahasa inilah, yakni seperangkat symbol yang mewakili suatu objek, peristiwa,
atau gagasan, yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Dan bahasa ini pulalah, sebagai suatu system
lambing, yang punya peran terpenting dalam pembentukan, pemeliharaan, atau
pengembangan budaya di kalangan manusia. Komunikasi manusia itu unik berkat
kemampuan manusia yang istimewa untuk menciptakan dan menggunakan
lambang-lambang, sehingga dengan kemampuan ini manusia dapat berbagi pengalaman
secara tidak langsung maupun memahami pengalaman orang lain. Ringkasnya, kata
kunci yang membedakan komunikaasi manusia dengan komunikasi hewan (dan atau
tanaman) adalah makna. Komunikasi manusia bermakna (meaningful) – penuh dengan makna. Komunikasi hewan tidak demikian,
apalagi komunikasi tumbuhan.
Manusia dan mahluk lainnya, seperti
hewan dan jin, jelas mempunyai bahasa yang berbeda untuk berkomunikasi, karena
itu sulit bagi mahluk-mahluk yang berbeda itu untuk berbagi pengalaman secara
penuh seperti silakukan sesama manusia.
KERAGAMAN
DAN KONTROVERSI DEFINISI KOMUNIKASI
Lewat komunikasi orang berusaha
mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah komunikasi itu sendiri. Hingga kini,
terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli.
Seringkali suatu definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan
definisi lainnya.
Dance menemukan tiga dimensi
konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi.
1.
Dimensi pertama adalah tingkat observasi
(level of obser vation), atau derajat
keabstrakannya. Misalnya, definisi sebagai “proses yang menghubungkan satu sama
lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara
komunikasi sebagai “alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya
lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya” terlalu sempit.
2. Dimennsi
kedua adalah kesengajaan (intentionality).
Sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang
disengaja; sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menunutut syarat ini.
Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller,
yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan
kesengajaaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yaksi “suatu proses
yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli
seseorang atau sejumlah orang.”
3.
Dimensi ketiga adalah penilaian
normative. Sebagian definisi, meskipun secara implicit, menyertakan keberhasilan
atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Definisi komunikasi dari
John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil:
“komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” Asumsi di balik
definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil
dipertukarkan. Sebagian definisi lainya tidak otomatis mensyaratkan
keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary
Steiner: “komunikasi adalah transmisi informasi.” Jadi definisi tersebut tidak
mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti.
Seperti dikemukakan Littlejohn,
perdebatan mengenai definisi komunikasi pada awal tahun 1990-an di antara
beberapa teoretikus komunikasi, telah menyarankan beberapa kemungkinan untuk
mendefinisikan komunikasi. Perdebatan tersebut menyoroti Sembilan jenis
perilaku yang dapat dianggap komuniaksi. Kesembilan jenis perilaku ini
ditentukan oleh sumber dan persepsi penerima.
PERILAKU
PENERIMA
|
PERILAKU
SUMBER
|
||
Perilaku tidak
sengaja
|
Perilaku
disengaja
|
||
Simtom
|
Nonverbal
|
Verbal
|
|
Tidak
Diterima
|
1A
Perilaku
Simtomatik tidak dipersepsi
|
2A
Pesan
Nonverbal tidak dipersepsi
|
3A
Pesan
verbal tidak dipersepsi
|
Diterima
Secara Insidental
|
1B
Simtom
dipersepsi secara incidental
|
2B
Pesan
Nonverbal incidental
|
3B
Pesan
verbal incidental
|
Diperhatikan
|
1C
Simtom
diperhatikan
|
2C
Pesan
Nonverbal diperhatikan
|
3C
Pesan
verbal diperhatikan
|
Perilaku-perilaku
yang berhubungan dengan komunikasi
Littejohn menyebutkan, setidaknya
terdapat tiga pandangan yang dapat dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja
diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi
penerima, apakah disengaja ataupun tidak disengaja. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang dikirimkan
secara sengaja, namun sengaja ini sulit ditentukan.
Semua pakar komunikasi sepakat
bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak
sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komuniaksi. Dalam kenyataan,
sebenarnya kesembilan periku yang dirinci Littlejohn dalam daftar tersebut
sulit dipisahkan. Yang pasti pandangan seseorang mengenai perilaku apa yang
dapat disebut komunikasi atau bukan mempunyai implikasi serius terhadap
jenis-jenis pertanyaan yangdikemukakan untuk meneliti fenomena komuniakasi,
juga untuk memilih metode dan teknik penelitian yanga akan digunakan untuk
meneliti fenomena komunikasi tersebut.
Terdapat dua bentuk umum tindakan
yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran
pesan. Pesan disini tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan
pertunjukan (display), termasuk
pakaian, perhiasan, dan hiasan wajah (make
up atau jenggot), atau yang
lazimnya disebut pesan nonverbal.
Jadi inti dari komunikasi adalah
penafsiran (intepretasi) atas pesan tersebut, baik disengaja ataupun tidak
disengaja.
TIGA
KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI
Setidaknya ada tiga kerangka
pemahaman mengenai komunikasi, yaksi komunikasi sebagai tindakan satu-arah,
komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.
Komunikasi
sebagai tindakan satu-arah
Suatu pemahaman popular mengenai
komuniaksi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan
searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang)
lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) taupun melalui media, seperti surat
(selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televise. Misalnya seseorang itu
mempunyai informasi menngenai suatu masalah, lalu ia menyampaikan kepada orang
lain, oranng laian mendengarkan, dan mungkin berprilaku sebagai hasil
mendengarkan pesan tersebut, lalu komunikasi dianggap telah terjadi. Jadi,
komunikasi dianggap suatu proses linier yang dimulai dengan sumber atau
pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.
Menurut Harold Lasswell, (cara yang
baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says
What In Which Chanel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa
Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?
Berdasarkan definisi Lasswell ini
dapat diturunkan lima unsure komunikasi yang saling bergantung satu sama lain,
yaitu:
1.
Pertama, sumber (source), sering disebut
juga pengirim (sender), peyandi (encoder), komunikator (communicator),
pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau
mempunyai kebutuhan untuk berkomuniaksi. Sumber boleh jadi seorang individu,
kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Kebutuhannya
bervariasi, mulai da ri sekadar mengucakan “selamat pagi” untuk memelihara
hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga
kebutuhan untuk mengubah ideology, keyakinan agama dan perilaku pihak lain.
Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya
(pikiran). Sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut kedalam
seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang idelanya dipahami oleh
penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding), pengalaman
masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan
sumber mempengaruhinya dalam merumuskan pesan tersebut. Setiap orang dapat saja
merasa bahwa ia mencintai seseorang, namun komunikasi tidak terjadi hingga
orang yang dicintai itu menafsirkan rasa cinta berdasarkan perilaku verbal
dan/atau nonverbal.
2. Kedua,
pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
merupakan seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan,
nilai, gagasan atau maksud sumber tadi.
Pesan mempunyai tiga komponen: makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan
makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Symbol terpenting adalah kata-kata
(bahasa), yang dapat mempresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik
ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya). Kata-kata
memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat
dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota
tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan
sebagainya), juga melalui music,
lukisan, patung, tarian, dan sebagainya.
3. Ketiga,
saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan
pesannya kepada penerima. Saluran boleh
jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran
verbal, atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah
dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita bisa juga mengagumkan kelima
indra kita untuk menerima pesan dari orang lain. Kita dapat mencium wangi
parfum yang merangsang fantasi da yang liar ketika berdekatan dengan seorang
wanita yang tidak kita kenal di sebuah kafe.
4. Keempat,
penerima (receiver), sering juga disebut saluran/tujuan (destination),
komunikate (communicate), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience),
pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan
dari sumber berdasarkan pengalama masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan,
persepsi, pola piker dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau
menafsirkan seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang ia terima menjadi
gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).
5.
Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi
pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan
pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap, (dari
tidak setuju menjadi setujua0, perubahan keyakinan, perubahan perilaku
(daritidak bersedia membeli barang yang di tawarkan menjadi bersedia
membelinya) dan sebagainya.
Unsur-unsur lain yang sering
ditambahkan adalah, umpan balik (feed
back), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers). Dan konteks atau
situasi komunikasi. Sebenarnya, dalam peristiwa komuniaksi begitu banyak unsure
yang terlibat. Kesemua unsur itu saling bergantung dan/atau tumpang tindih,
namun diasumsikan terdapat unsure-unsur
utama yang dapat diidentifikasi dan dimasukan ke dalam suatu model.
Komunikasi
Sebagai Interaksi
Konseptualisasi yang sering di
terapkan pada komunikasi adalah interaksi. Pandangan ini menyertakan komunikasi
dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian.
Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seoranh penerima
bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau mengagungkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima
respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokoknya
masing-masing dari kedua pihak berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai
pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya.
Salah satu unsure yang dapat
ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang
disampaikan penerima pesan kepada sumber
pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai pentunjuk mengenai
efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya: apakah dapat dimengerti, dapat
diterima, dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat
mengubah pesan selanjutnya, kalau perlu, agar sesuai dengan tujuannya. Tidak
semua respons penerima adalah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan
respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku selanjutnya
pengirim. Umpan balik juga tidak harus disengaja.
Komunikasi
Sebagai Transaksi
Proses penyandian (enconding) dan penyandian-balik (decoding) bersifat spontan dan simultan
di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Semakin banyak orang yang
berkomunikasi, semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Bila empat
orang peserta terlibat dalam komunikasi, akan terdapat lebih banyak peran,
hubungan yang lebih rumit, dan lebih banyak pesan verbal dan nonverbal.
Kelebihan konseptualisasi
komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi
kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya,
komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan
meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri,
mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan-semuanya
bentuk-bentuk komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis pesan. Gaya pakaian dan
rambut, ekspresi wajah, jarak fisik dengan orang lain, nada suara, kata-kata
yang digunakan-semua itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan dan
penilaian.
Dalam komunikasi transaksional,
komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku
orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbal. Pemahaman ini mirip
dengan “definisi berorientasi penerima” (receiver-oriented
definition) seperti yang dikemukakan Burgoon. Yang menekankan
variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima,
hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua-arah, bukan satu-arah.
Komuniksi pada dasarnya adalah
suatu proses yang dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang
berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi
dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan
pesan. Setiap pihak dianggap sumber dan sekaligus juga penerima pesan. Setiap
saat mereka bertukar pesan verbal dan pesan nonverbal.
Dalam komunikasi transaksional,
pengamatan atas aspek tertentu saja, misalnya pesan verbal saja atau pesan
nonverbal saja, tidak menunjukan gambaran komunikasi yang utuh. Istilah
transaksi mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasiberbeda dalam
keadaan interdependensi atau timbale balik; eksistensi satu pihak di tentukan
oleh eksistensi pihak lainya. Pendekatan transaksi menyarankan bahwa semua
unsure dalam proses komunikasi saling berhubungan. Persepsi seorang peserta
komunikasi atas orang lain bergantung pada persepsi orang lain tersebut
terhadapnya, dan bahkan bergantung pula pada persepsinya terhadap lingkungan
sekitarnya.
Komunikasi merupakan kegiatan yang
ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan. Terdapat
kontinuitas dari setiap unsurnya.
KONTEKS-KONTEKS
KOMUNIKASI
Banyak pakar komunikasi
mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sebagaimana juga definisi
komunikasi konteks komunikasi ini diuraikan secara berlainan. Istilah-istilah
lain juga digunakan untuk merujuk kepada konteks ini. Selain istilah konteks
(context) yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type),
situasi (situation), keadaan (setting), arena, jenis (kind), cara (mode), dan
pertemuan (encounter).
Indikator paling umum untuk
mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatannya adalah
jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenalah: komunikasi
intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok
(kecil), komunikasi public, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Salah
satu pendekatan untuk membedakan konteks-konteks komunikasi adalah pendekatan
situasional (situational approach) yang dikemukakan G.R. Miller.
Kategori
|
|
Jumlah Komunikator
|
|
Derajat Kedekatan
|
|
Saluran indrawi yang tersedia
|
|
Kesegaran umpan balik
|
||||||
|
|
Banyak
|
|
Rendah
|
|
Minimal
|
|
Paling Tertunda
|
||||||
Komunikasi massa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|||||||||||||
Komunikasi organisasi
|
||||||||||||||
|
|
|||||||||||||
Komunikasi public
|
||||||||||||||
|
|
|||||||||||||
Komunikasi kelompok kecil
|
||||||||||||||
|
|
|||||||||||||
Komunikasi antarpribadi
|
||||||||||||||
|
|
|||||||||||||
Komunikasi intrapribadi
|
||||||||||||||
|
Satu
|
Tinggi
|
Maksimal
|
Paling Segera
|
||||||||||
Kategori-kategori yang digunakan
dengan pendekatan situasional untuk membedakan jenis-jenis komunikasi
Jumlah komunikator otomatis
mempengaruhi dimensi-dimensi lain transaksi komuniaksi . ketika melihat acara
bincang-bincang yang kerap kita saksikan di layar televise, kita menyaksikan
dua tingkat komunikasi; komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa.
Komunikasi masssa melibatkan banyak
komunikator, berlangsung melalui system b ermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh),
memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan,
pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya,
komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat,
bertatap muka, memungkinkan jumlah maksimum saluran indrawi, dan memungkinkan
umpan balik segera. Komunikasi kelompok kecil, publik dan organisasi berada di
antara kedua kategori komunikasi tersebut menyangkut keempat karakteristiknya;
misalnya komunikasi organisasi lazimnya melibatkan lebih banyak komunikator
daripada komunikasi public namun lebih sedikit komunikator daripada komunikasi
massa.
Terdapat beberapa perbedaan lain
antara komunikasi massa dengan tingkat-tingkat omunikasi sebelumnya, khususnya
komunikasi antar pribadi. Bila dalam komunikasi antar pribadi , para pesertanya
dapat mengontrol topic pembicaraan, dalam komunikasi massa: komunikator
(produser pesan) mengontrol topic; pelanggan yang menginginkan topic yang lain
harus mengubah sumber informasi, dengan melanggani Koran, mendengarkan radio,
atau memilih siaran televise yang lain, yang sesuai dengan seleranya. Dalam
komunikasi antar pribadi, para peserta dapat menekankan pesan dengan mengulang
pesan, atau dengan tekanan verbal atau nonverbal tertentu, atau saling
bertanya, namun dalam komunikasi massa keluesan tersebut sangat terbatas
kalaupun bukan berarti tidak sama sekali. Pembaca surat kabar atau majalah
memang dapat membaca ulang, televise juga adakalanya menayangkan ulang suatu acara
atau suatu adegan (seperti acara olahraga), namun pembaca, pendengar, atau
pemirsa tidak bebas memperoleh informasi yang mereka inginkan pada saat itu
juga. Dalam beberapa kasus, pembaca rurat kabar, pendengar radio atau pemirsa
televisi bisa saja menyampaikan umpan balik secara langsung namun tetap saja
tidak lengkap, karena umpan balik bersifat nonverbal (seperti ekspresi wajah
dan bahasa tubuhnya) dari si pemberi umpan balik sering tidak tertangkap oleh
sumber pesan.
Komunikasi
Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi
(intrapersonal Communication) adalah komunikasi dengan diri-sendiri, baik
disadari atau tidak. Contohnya berfikir. Komunikasi ini merupakan landasan
komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainya, meskipun
dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata
lain, komunikasi antarpribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang,
tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain
biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri mempresepsi dan memastikan makna
pesan orang lain0, hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan
komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita
dengan diri sendiri.
Komunikasi
Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah
komunikasi diadik (dyadic communication)
yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat
dekat, guru murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak dekat; pihak-pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab
para peserta komunikasi. Kedekatan
hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan
atau respons nonverbal mereka, seperti sentuha, tatapan mata yang ekspresif,
dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi
antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak.
Kita biasanya menganggap pendengaran
dan penglihatan sebagai indra primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama
pentingnya dalam menyampaikan pesan-pesan yang bersifat intim. Jelas sekali,
bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau mebujuk
orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra tadi untuk
memperttinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepadanya. Sebagai
komuniksi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi
berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.
Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab
dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat mediua massa seperti surat
kabar dan televise atau lewat teknologi komunikasi tercanggih sekalipun seperti
telepon genggam, E-mail, atau telekonferensi, yang membuat manusia merasa
terasing.
Komunikasi
Kelompok
Kelompok adalah sekulpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga
komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi
Publik
Komunikasi publik (public
communicatin) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang
(khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering
juga disebut sebagai pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Beberapa pakar
komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok-besar (large-group communication).
Ciri-ciri komunikasi public adalah:
terjadi di tempat umum (public), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah
(masjid, gereja) atau tempat lainya yang dihadiri sejumlah besar orang;
merupakan peristiwa social yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa
relative informal yang tidak terstruktur; terdapat agenda; beberapa orang
ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan
pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum
dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi public sering
bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau
membujuk.
Komunikasi
Organisasi
Komunikasi organissasi (organization communication) terjadi
dalam suatu organisasi, bersifat formal, dan berlangsung dalam suatu jaringan
yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali
melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan adakalanya juga
komunikasi public. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur
organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi
horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur
organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.
Komunikasi
Massa
Komunikasi massa (mass
communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak
(surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise), yang dikelola oleh
suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah
besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen.
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas
(khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan
yang disampaikan media massa ini.
Konteks-konteks
Komunikasi lainnya
Konteks-konteks komunikasi lain
dapat dirancang berdasarkan criteria tertentu, misalnya berdasarkan derajat
keterlibatan teknologi dalam komunikasi. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante.
Membandingkan tiga cara (mode) komunikasi antara komunikasi antarpribadi,
komunikasi medio, dan komunikasi massa.
|
Antarpribadi
|
Massa
|
Medio
|
Komunikator
|
Independen
|
Organisai
kompleks
|
Individu
atau organisasi
|
Pesan
|
Pribadi
atau terbatas
|
Umum
|
Pribadi
atau terbatas
|
Saluran
|
Vocal
|
Elektronik
dan cetak
|
Vocal
dan elektronik
|
Khalayak
|
Individu
atau kelompok kecil
|
Massa
|
Individu,
kelompok kecil atau massa
|
Umpan
balik
|
Segera
|
Tertunda
|
Segera
atau tertunda
|
Kontak
|
Primer
|
Sekunder
|
Primer
atau sekunder
|
Contoh
|
Diskusi
keluarga
|
Berita
TV
|
Telepon
|
Perbedaan-perbedaan penting dalam
cara (mode) komunikasi
Menurut
Blake dan Haroldsen, telepon dapat diklasifikasikan sebagai komunikasi medio
(‘medio” dari bahasa latin yang berarti “pertengahan”) yang terletak di antara
komunikasi tatap muka dan komunikasi massa, yang ditandai dengan penggunaan
teknologi dan berlangsung dalam kondisi khusus dan melibatkan peserta yang
dapat di identifikasi. Jadi penerima
pesannya relative sedikit dan diketahui oleh komunikator. Selain itu, pesannya
juga tidak bersifat umum. Contoh komunikasi medio, selain telepon, adalah
komunikasi lewat faksimil, radio CB, televise sirkuit, dan surat elektronik
(E-mail). Onong Uchjana Effendy memasukan surat, telepon, pamphlet, poster,
spanduk, dan lain-lain kedalam komun ikasi medio ini.
Last but no least, konteks komunikasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan bidang, kejuruan atau kekhususan, sehingga
menjadi: komunikasi politik, komunikasi kesehatan, komunikasi pertanian,
komunikasi bisnis, komunikasi instruksional, komunikasi pembangunan, komunikasi
antar budaya, komunikasi internasional, dan bahkan komunikasi antar galaksi.
Bidang komunikasi yang disebut terakhir memang belum masuk kedalam disiplin
ilmu komunikasi, namun boleh jadi kita akan melakukan komunikasi tersebut
dengan mahluk-mahluk luar angkasa kelak, seperti yang dilukiskan dalam film-film
fiksi alamiah.
Mulyana, Deddy. "Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar". Bandung: Rosda, 2005.