Minggu, 13 Oktober 2013

HAKIKAT, DEFINISI, DAN KONTEKS KOMUNIKASI

Kata Komunikasi atau Communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin Communis yang berati “sama,’ Communicatio,atau Communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah Communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada sara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “kita berbagi fikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “kita mengirimkan pesan.”
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (Community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak aka nada komunitas. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu, oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.

KOMUNIKASI HEWAN
Hewan mungkin saja berkomunikasi dengan sesamanya, namun  prosesnya dan mekanismenya berbeda dengan komunikasi manusia. Bahkan ad adugaan bahwa hewan lebih mampu mendeteksi fenomena alam daripada manusia, kemampuan ini lazim disebut indra keenam.
Kecuali kemampuan berbasa yang unik, manusia berbagi sejumlah tanda dengan hewan: banyak refleks sederhana, beberapa bentuk ritual dan beberapa artefak atau invensi yang kompleks. Denga tanda-tanda nonlinguistic demikian, manusia dapat menunjukan keadaan, atau menberitahu atau mengan cam, seperti juga hewan. Namun lewat bahasa, manusia dapat lebih jeuh mengungkapkan dirinya, atau memberi alasan, berargumen, atau menyatakan perasaannya.
Komunikasi hewan sangat sederhana, ditandai dengan tindakan-tindakan bersifat refleks. Mereka tidak dapat menafsirkan perilaku hewan lain, karena mereka tidak memiliki dan tidak berbagi isyarat simbolik, apalagi memodifikasi perilaku mereka untuk menyesuaikan diri dengan perilaku hewan lain.
Menurut DeFleur, tindakan komunikatif di antara hewan yang diperoleh lewat belajar ini dilandasi penggunaan tanda alamiah. Esensi suatu tanda alamiah adalah stimulus baru yang mendahului stimulus yang lain (yang mampu membangkitkan respons) sedemikian rupa sehingga setelah serangkaian pertukaran stimulus itu terjadi, stimulus baru mampu membangkitkan respons, dengan mengabaikan stimulus semula, sehingga membentuk kebiasaan baru pada individu. Koordinasi kegiatan dapat berlangsung bila respons yang dibuat hewan itu terhadap tanda tertentu dikoordinasikan secara timbale balik.
Beberepa hewan berkoniasi terutama lewat suara mereka, hewan lainya terutama lewat perilaku mereka, berupa isyarat-syarat sederhana, atau kombinasi keduanya.
Naluri hewan berbanding terbalik dengan intelegensinya. Semakin tinggi intelegensinya, semakin rendah nalurinya. Namun hanya manusia, hewan yang tingkatannya tertinggi, yang mampu menggunakan kombinasi berbagai suara (bahasa) yang begitu rumit untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa inilah, yakni seperangkat symbol yang mewakili suatu objek, peristiwa, atau gagasan, yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya.  Dan bahasa ini pulalah, sebagai suatu system lambing, yang punya peran terpenting dalam pembentukan, pemeliharaan, atau pengembangan budaya di kalangan manusia. Komunikasi manusia itu unik berkat kemampuan manusia yang istimewa untuk menciptakan dan menggunakan lambang-lambang, sehingga dengan kemampuan ini manusia dapat berbagi pengalaman secara tidak langsung maupun memahami pengalaman orang lain. Ringkasnya, kata kunci yang membedakan komunikaasi manusia dengan komunikasi hewan (dan atau tanaman) adalah makna. Komunikasi manusia bermakna (meaningful) – penuh dengan makna. Komunikasi hewan tidak demikian, apalagi komunikasi tumbuhan.
Manusia dan mahluk lainnya, seperti hewan dan jin, jelas mempunyai bahasa yang berbeda untuk berkomunikasi, karena itu sulit bagi mahluk-mahluk yang berbeda itu untuk berbagi pengalaman secara penuh seperti silakukan sesama manusia.

KERAGAMAN DAN KONTROVERSI DEFINISI KOMUNIKASI
Lewat komunikasi orang berusaha mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah komunikasi itu sendiri. Hingga kini, terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Seringkali suatu definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya.
Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi.
1.      Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of obser vation), atau derajat keabstrakannya. Misalnya, definisi sebagai “proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai “alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya” terlalu sempit.
2.      Dimennsi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja; sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menunutut syarat ini. Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yaksi “suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”
3.      Dimensi ketiga adalah penilaian normative. Sebagian definisi, meskipun secara implicit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Definisi komunikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” Asumsi di balik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “komunikasi adalah transmisi informasi.” Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti.
Seperti dikemukakan Littlejohn, perdebatan mengenai definisi komunikasi pada awal tahun 1990-an di antara beberapa teoretikus komunikasi, telah menyarankan beberapa kemungkinan untuk mendefinisikan komunikasi. Perdebatan tersebut menyoroti Sembilan jenis perilaku yang dapat dianggap komuniaksi. Kesembilan jenis perilaku ini ditentukan oleh sumber dan persepsi penerima.

PERILAKU PENERIMA
PERILAKU SUMBER
Perilaku tidak sengaja
Perilaku disengaja
Simtom
Nonverbal
Verbal
Tidak Diterima
1A
Perilaku Simtomatik tidak dipersepsi
2A
Pesan Nonverbal tidak dipersepsi
3A
Pesan verbal tidak dipersepsi
Diterima Secara Insidental
1B
Simtom dipersepsi secara incidental
2B
Pesan Nonverbal incidental
3B
Pesan verbal incidental
Diperhatikan
1C
Simtom diperhatikan
2C
Pesan Nonverbal diperhatikan
3C
Pesan verbal diperhatikan
Perilaku-perilaku yang berhubungan dengan komunikasi

Littejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, apakah disengaja ataupun tidak disengaja. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang dikirimkan secara sengaja, namun sengaja ini sulit ditentukan.
Semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komuniaksi. Dalam kenyataan, sebenarnya kesembilan periku yang dirinci Littlejohn dalam daftar tersebut sulit dipisahkan. Yang pasti pandangan seseorang mengenai perilaku apa yang dapat disebut komunikasi atau bukan mempunyai implikasi serius terhadap jenis-jenis pertanyaan yangdikemukakan untuk meneliti fenomena komuniakasi, juga untuk memilih metode dan teknik penelitian yanga akan digunakan untuk meneliti fenomena komunikasi tersebut.
Terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan disini tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan pertunjukan (display), termasuk pakaian, perhiasan, dan hiasan wajah (make up atau jenggot), atau yang lazimnya disebut pesan nonverbal.
Jadi inti dari komunikasi adalah penafsiran (intepretasi) atas pesan tersebut, baik disengaja ataupun tidak disengaja.

TIGA KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI
Setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaksi komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

Komunikasi sebagai tindakan satu-arah
Suatu pemahaman popular mengenai komuniaksi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) taupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televise. Misalnya seseorang itu mempunyai informasi menngenai suatu masalah, lalu ia menyampaikan kepada orang lain, oranng laian mendengarkan, dan mungkin berprilaku sebagai hasil mendengarkan pesan tersebut, lalu komunikasi dianggap telah terjadi. Jadi, komunikasi dianggap suatu proses linier yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.
Menurut Harold Lasswell, (cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?
Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsure komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu:
1.      Pertama, sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), peyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomuniaksi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Kebutuhannya bervariasi, mulai da ri sekadar mengucakan “selamat pagi” untuk memelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideology, keyakinan agama dan perilaku pihak lain. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran). Sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut kedalam seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang idelanya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding), pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan sumber mempengaruhinya dalam merumuskan pesan tersebut. Setiap orang dapat saja merasa bahwa ia mencintai seseorang, namun komunikasi tidak terjadi hingga orang yang dicintai itu menafsirkan rasa cinta berdasarkan perilaku verbal dan/atau nonverbal.
2.      Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud  sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Symbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat mempresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya). Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui music,  lukisan, patung, tarian, dan sebagainya.
3.      Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya  kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal, atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita bisa juga mengagumkan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain. Kita dapat mencium wangi parfum yang merangsang fantasi da yang liar ketika berdekatan dengan seorang wanita yang tidak kita kenal di sebuah kafe.
4.      Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut saluran/tujuan (destination), komunikate (communicate), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber berdasarkan pengalama masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola piker dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).
5.      Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap, (dari tidak setuju menjadi setujua0, perubahan keyakinan, perubahan perilaku (daritidak bersedia membeli barang yang di tawarkan menjadi bersedia membelinya) dan sebagainya.
Unsur-unsur lain yang sering ditambahkan adalah, umpan balik (feed back), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers). Dan konteks atau situasi komunikasi. Sebenarnya, dalam peristiwa komuniaksi begitu banyak unsure yang terlibat. Kesemua unsur itu saling bergantung dan/atau tumpang tindih, namun diasumsikan  terdapat unsure-unsur utama yang dapat diidentifikasi dan dimasukan ke dalam suatu model.

Komunikasi Sebagai Interaksi
Konseptualisasi yang sering di terapkan pada komunikasi adalah interaksi. Pandangan ini menyertakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seoranh penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau mengagungkan kepala, kemudian  orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokoknya masing-masing dari kedua pihak berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya.
Salah satu unsure yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan  penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai pentunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya: apakah dapat dimengerti, dapat diterima, dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat mengubah pesan selanjutnya, kalau perlu, agar sesuai dengan tujuannya. Tidak semua respons penerima adalah umpan balik. Suatu pesan  disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku selanjutnya pengirim. Umpan balik juga tidak harus disengaja.

Komunikasi Sebagai Transaksi
Proses penyandian (enconding) dan penyandian-balik (decoding) bersifat spontan dan simultan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Semakin banyak orang yang berkomunikasi, semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Bila empat orang peserta terlibat dalam komunikasi, akan terdapat lebih banyak peran, hubungan yang lebih rumit, dan lebih banyak pesan verbal dan nonverbal.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan-semuanya bentuk-bentuk komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis pesan. Gaya pakaian dan rambut, ekspresi wajah, jarak fisik dengan orang lain, nada suara, kata-kata yang digunakan-semua itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan dan penilaian.
Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbal. Pemahaman ini mirip dengan “definisi berorientasi penerima” (receiver-oriented definition) seperti yang dikemukakan Burgoon. Yang menekankan variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua-arah, bukan satu-arah.
Komuniksi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber dan sekaligus juga penerima pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan pesan nonverbal.
Dalam komunikasi transaksional, pengamatan atas aspek tertentu saja, misalnya pesan verbal saja atau pesan nonverbal saja, tidak menunjukan gambaran komunikasi yang utuh. Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasiberbeda dalam keadaan interdependensi atau timbale balik; eksistensi satu pihak di tentukan oleh eksistensi pihak lainya. Pendekatan transaksi menyarankan bahwa semua unsure dalam proses komunikasi saling berhubungan. Persepsi seorang peserta komunikasi atas orang lain bergantung pada persepsi orang lain tersebut terhadapnya, dan bahkan bergantung pula pada persepsinya terhadap lingkungan sekitarnya.
Komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan. Terdapat kontinuitas dari setiap unsurnya.
  
KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sebagaimana juga definisi komunikasi konteks komunikasi ini diuraikan secara berlainan. Istilah-istilah lain juga digunakan untuk merujuk kepada konteks ini. Selain istilah konteks (context) yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan (setting), arena, jenis (kind), cara (mode), dan pertemuan (encounter).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenalah: komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi public, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Salah satu pendekatan untuk membedakan konteks-konteks komunikasi adalah pendekatan situasional (situational approach) yang dikemukakan G.R. Miller.
Kategori

Jumlah Komunikator

Derajat Kedekatan

Saluran indrawi yang tersedia

Kesegaran umpan balik


Banyak

Rendah

Minimal

Paling Tertunda
Komunikasi massa










Komunikasi organisasi


Komunikasi public


Komunikasi kelompok kecil


Komunikasi antarpribadi



Komunikasi intrapribadi

Satu
Tinggi
Maksimal
Paling Segera
Kategori-kategori yang digunakan dengan pendekatan situasional untuk membedakan jenis-jenis komunikasi

Jumlah komunikator otomatis mempengaruhi dimensi-dimensi lain transaksi komuniaksi . ketika melihat acara bincang-bincang yang kerap kita saksikan di layar televise, kita menyaksikan dua tingkat komunikasi; komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa.
Komunikasi masssa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui system b ermedia dengan jarak  fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya, komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap muka, memungkinkan jumlah maksimum saluran indrawi, dan memungkinkan umpan balik segera. Komunikasi kelompok kecil, publik dan organisasi berada di antara kedua kategori komunikasi tersebut menyangkut keempat karakteristiknya; misalnya komunikasi organisasi lazimnya melibatkan lebih banyak komunikator daripada komunikasi public namun lebih sedikit komunikator daripada komunikasi massa.
Terdapat beberapa perbedaan lain antara komunikasi massa dengan tingkat-tingkat omunikasi sebelumnya, khususnya komunikasi antar pribadi. Bila dalam komunikasi antar pribadi , para pesertanya dapat mengontrol topic pembicaraan, dalam komunikasi massa: komunikator (produser pesan) mengontrol topic; pelanggan yang menginginkan topic yang lain harus mengubah sumber informasi, dengan melanggani Koran, mendengarkan radio, atau memilih siaran televise yang lain, yang sesuai dengan seleranya. Dalam komunikasi antar pribadi, para peserta dapat menekankan pesan dengan mengulang pesan, atau dengan tekanan verbal atau nonverbal tertentu, atau saling bertanya, namun dalam komunikasi massa keluesan tersebut sangat terbatas kalaupun bukan berarti tidak sama sekali. Pembaca surat kabar atau majalah memang dapat membaca ulang, televise juga adakalanya menayangkan ulang suatu acara atau suatu adegan (seperti acara olahraga), namun pembaca, pendengar, atau pemirsa tidak bebas memperoleh informasi yang mereka inginkan pada saat itu juga. Dalam beberapa kasus, pembaca rurat kabar, pendengar radio atau pemirsa televisi bisa saja menyampaikan umpan balik secara langsung namun tetap saja tidak lengkap, karena umpan balik bersifat nonverbal (seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya) dari si pemberi umpan balik sering tidak tertangkap oleh sumber pesan.

Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal Communication) adalah komunikasi dengan diri-sendiri, baik disadari atau tidak. Contohnya berfikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi antarpribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri mempresepsi dan memastikan makna pesan orang lain0, hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri.

Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta  komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuha, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak.
Kita biasanya menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampaikan pesan-pesan yang bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau mebujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra tadi untuk memperttinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepadanya. Sebagai komuniksi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat mediua massa seperti surat kabar dan televise atau lewat teknologi komunikasi tercanggih sekalipun seperti telepon genggam, E-mail, atau telekonferensi, yang membuat manusia merasa terasing.

Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekulpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi Publik
Komunikasi publik (public communicatin) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut sebagai pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok-besar (large-group communication).
Ciri-ciri komunikasi public adalah: terjadi di tempat umum (public), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah (masjid, gereja) atau tempat lainya yang dihadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa social yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relative informal yang tidak terstruktur; terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi public sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.

Komunikasi Organisasi
Komunikasi organissasi (organization communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan adakalanya juga komunikasi public. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.

Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.

Konteks-konteks Komunikasi lainnya
Konteks-konteks komunikasi lain dapat dirancang berdasarkan criteria tertentu, misalnya berdasarkan derajat keterlibatan teknologi dalam komunikasi. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante. Membandingkan tiga cara (mode) komunikasi antara komunikasi antarpribadi, komunikasi medio, dan komunikasi massa.

Antarpribadi
Massa
Medio
Komunikator
Independen
Organisai kompleks
Individu atau organisasi
Pesan
Pribadi atau terbatas
Umum
Pribadi atau terbatas
Saluran
Vocal
Elektronik dan cetak
Vocal dan elektronik
Khalayak
Individu atau kelompok kecil
Massa
Individu, kelompok kecil atau massa
Umpan balik
Segera
Tertunda
Segera atau tertunda
Kontak
Primer
Sekunder
Primer atau sekunder
Contoh
Diskusi keluarga
Berita TV
Telepon
Perbedaan-perbedaan penting dalam cara (mode) komunikasi

Menurut Blake dan Haroldsen, telepon dapat diklasifikasikan sebagai komunikasi medio (‘medio” dari bahasa latin yang berarti “pertengahan”) yang terletak di antara komunikasi tatap muka dan komunikasi massa, yang ditandai dengan penggunaan teknologi dan berlangsung dalam kondisi khusus dan melibatkan peserta yang dapat  di identifikasi. Jadi penerima pesannya relative sedikit dan diketahui oleh komunikator. Selain itu, pesannya juga tidak bersifat umum. Contoh komunikasi medio, selain telepon, adalah komunikasi lewat faksimil, radio CB, televise sirkuit, dan surat elektronik (E-mail). Onong Uchjana Effendy memasukan surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk, dan lain-lain kedalam komun ikasi medio ini.
Last but no least, konteks komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan bidang, kejuruan atau kekhususan, sehingga menjadi: komunikasi politik, komunikasi kesehatan, komunikasi pertanian, komunikasi bisnis, komunikasi instruksional, komunikasi pembangunan, komunikasi antar budaya, komunikasi internasional, dan bahkan komunikasi antar galaksi. Bidang komunikasi yang disebut terakhir memang belum masuk kedalam disiplin ilmu komunikasi, namun boleh jadi kita akan melakukan komunikasi tersebut dengan mahluk-mahluk luar angkasa kelak, seperti yang dilukiskan dalam film-film fiksi alamiah.

Mulyana, Deddy. "Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar". Bandung: Rosda, 2005.